Kamis, 21 Mei 2015

Self-Directed Changes

Konsep Penerapan Self-Directed Changes

Self-directed changes adalah sebuah teori yang mengajarkan tentang bagaimana kita bisa mengubah diri kearah yang lebih baik dari kenyataan hidup yang kurang mendukung. Kalau kita tidak bisa mengantisipasi perubahan, maka kita perlu menjadikan perubahan itu sebagai dorongan untuk mengubah diri.
Self Directed Change meliliki beberapa tahapan, diantaranya:

1. Meningkatkan Kontrol Diri. 
Meningkatkan control diri yaitu, Kontrol diri berkaitan dengan bagaimana cara seseorang mengendalikan emosi serta dorongan-dorongan dalam dirinya (Harlock). Ketika seseorang ingin merubah kebiasaannya terhadap perbedaan yang besar. Contohnya: misalnya seorang perokok berat yang ingin lepas dari kebiasaannya merokok.

2. Menetapkan Tujuan .
Menetapkan tujuan adalah mengubah hal yang buruk menjadi lebih baik lagi. Kita harus menetapkan target unutk mempunyai hidup yang lebih baik lagi.  Contoh: kita harus menahan keinginan kita untuk merokok mungkin kita bisa mengganti rokok dengan permen-permen pengganti rokok, dan sebagainya.

3. Pencatatan Perilaku. 
Pencatatan perilaku maksudnya adalah kita mencatat hal apa saja yang bisa di rubah dari kebiasaan kita. Contoh: misalnya jika kita mempunyai kebiasaan merokok, catat hal-hal apa saja yang mungkin mengganggu kita untuk tidak merokok. Misalnya dengan menhindari teman yang sedang merokok. Mungkin akan membantu kita untuk mempermudah godaan-godaan yang datang.


4. Menyaring Anteseden Perilaku .
Menyaring anteseden perilaku adalah menuliskan kebiasaan-kebiasaan yang ingin kita perbaiki.
Contoh: selain merokok, misalnya kita sering meminum minuman keras. Lalu kita tuliskan kebiasan tersebut untuk di ubah menjadi lebih baik. Dari situ mungkin kita akan berpikir sebenarnya selama ini baik atau burukkah kebiasaan tersebut untuk kesehatan kita!


5. Menyusun Konsekuensi Yang Efektif.
Jika kita sudah berhasil mengontrol kondisi yang memicu kebiasaan kita, kita perlu meningkatkan meningkatkan pengendalian diri, mengatur konsekuensi dari perilaku kita sehingga orang lain dapat menerimanya.


6. Menerapkan Pencana Intervensi.
Membandingkan seberapa berhasil kita mencapai tujuan-tujuan yang kita kehendaki. Misalnya, menghitung berapa batang atau bungkus rokok yang di hisap dari sebelum kita menerapkan tahapan-tahapan ini sampai sudah menerapkan tahapan ini.

7. Evaluasi.

Evaluasi adalah, melihat berapa besar kemajuan yang sudah kita lakukan untuk perubahan yang lebih baik. Pastikan setiap tahapan terpenuhi. Jika memang ada tahapan yang belum bisa terpenuhi lebih baik kita mengulang tahapan-tahapan tersebut agar tujuan dapat tercapai dengan baik. 

SC : Gramedia Goleman, Daniel (1996) Emotional Intelligence ( Kecerdasan Emosional ). Jakarta: PT Gramedia

Minggu, 17 Mei 2015

Pekerjaan Dan Waktu Luang 2

A. Penyesuaian Diri Dalam Pekerjaan
1.     Kepuasan Kerja
Tidak ada satu batasan dari kepuasan kerja/pekerjaan yang dirasakan yang paling sesuai oleh para penulis dan peneliti. Tenaga kerja yang puas dengan pekerjaannya merasa senang dengan pekerjaannya. Dari batasan Locke dapat disimpulakan adanya dua unsur yang penting dalam kepuasan kerja, yaitu nilai-nilai pekerjaan dan kebutuhan-kebutuhan dasar. Nilai-nilai pekerjaan merupakan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan tugas pekerjaan. Yang ingin dicapai adalah nilai-nilai pekerjaan yang dianggap penting oleh individu. Dikatakan selanjutnya bahwa nilai-nilai pekerjaan harus sesuai atau membantu pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa kepuasan kerja merupakan hasil dari tenaga kerja yang berkaitan dengan motivasi kerja.
2.    Perubahan dalam persediaan dan permintaan, dan berganti pekerjaan
a.    Keluar (exit), Ketidakpuasan kerja yang diungkapkan dengan meninggalkan pekerjaan. Termasuk mencari pekerjaan lain.
b.    Menyuarakan (voice), Ketidakpuasan kerja yang diungkapkan melalui usaha aktif dan konstruktif untuk memperbaiki kondisi, termasuk memberikan saran perbaikan.
c.    Mengabaikan (neglect), Ketidakpuasan kerja yang diungkapkan melalui sikap membiarkan keadaan menjadi lebih buruk. Misalnya  sering absen, upaya berkurang, dan kesalahan yang dibuat makin banyak.
d.     Kesetiaan (loyalty), Ketidakpuasan kerja yang diungkapkan dengan menunggu secara pasif sampai kondisinya menjadi lebih baik.
.
B. Waktu Luang
Dalam bahasa Inggris waktu luang dikenal dengan sebutan leisure. Kata leisuresendiri berasal dari bahasa Latin yaitu licere yang berarti diizinkan (To be Permited)atau menjadi bebas (To be Free). Kata lain dari leisure adalah loisir yang berasal dari bahasa Perancis yang artinya waktu luang (Free Time), George Torkildsen.
Berdasarkan teori dari George Torkildsen dalam bukunya yang berjudul leisure and recreation management (Januarius Anggoa, 2011) definisi berkaitan dengan leisureantara lain:
a. Waktu luang sebagai waktu (leisure as time)
Waktu luang digambarkan sebagai waktu senggang setelah segala kebutuhan yang mudah telah dilakukan. Yang mana ada waktu lebih yang dimiliki untuk melakukan segala hal sesuai dengan keinginan yang bersifat positif. Pernyataan ini didukung oleh Brightbill yang beranggapan bahwa waktu luang erat kaitannya dengan kaitannya dengan kategori discretionary time, yaitu waktu yang digunakan menurut pemilihan dan penilaian kita sendiri.
b. Waktu luang sebagai aktivitas (leisure as activity)
Waktu luang terbentuk dari segala kegiatan bersifat mengajar dan menghibur pernyataan ini didasarkan pada pengakuan dari pihak The International Group of the Social Science of Leisure, menyatakan bahwa: “waktu luang berisikan berbagai macam kegiatan yang mana seseorang akan mengikuti keinginannya sendiri baik untuk beristirahat, menghibur diri sendiri, menambah pengetahuan atau mengembangkan keterampilannya secara objektif atau untuk meningkatkan keikutsertaan dalam bermasyarakat.
c. Waktu luang sebagai suasana hati atau mental yang positif (leisure as an end in itself or a state of being)
Pieper beranggapan bahwa:“Waktu luang harus dimengerti sebagai hal yang berhubungan dengan kejiwaan dan sikap yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan, hal ini bukan dikarenakan oleh faktor-faktor yang datang dari luar. Hal ini juga bukan merupakan hasil dari waktu senggang, liburan, akhir pekan, atau liburan panjang.
d. Waktu luang sebagai sesuatu yang memiliki arti luas (leisure as an all embracing)
Menurut Dumadezirer, waktu luang adalah relaksasi, hiburan, dan pengembangan diri. Dalam ketiga aspek tersebut, mereka akan menemukan kesembuhan dari rasa lelah, pelepasan dari rasa bosan, dan kebebasan dari hal-hal yang bersifat menghasilkan. Dengan kata lain, waktu luang merupakan ekspresi dari seluruh aspirasi manusia dalam mencari kebahagiaan, berhubungan dengan tugas baru, etnik baru, kebijakan baru, dan kebudayaan baru.
e. Waktu luang sebagai suatu cara untuk hidup (leisure as a way of living)
Seperti yang dijelaskan oleh Goodale dan Godbye dalam buku The Evolution Of Leisure : “Waktu luang adalah suatu kehidupan yang bebas dari tekanan-tekanan yang berasal dari luar kebudayaan seseorang dan lingkungannya sehingga mampu untuk bertindak sesuai rasa kasih yang tak terelakkan yang bersifat menyenangkan, pantas, dan menyediakan sebuah dasar keyakinan”. Hal senada juga diungkapkan oleh Soetarlinah Sukadji (Triatmoko, 2007) yang melihat arti istilah waktu luang dari 3 dimensi, yaitu:
a. Dilihat dari dimensi waktu, waktu luang dilihat sebagai waktu yangtidak digunakan untuk bekerja mencari nafkah, melaksanakan kewajiban, dan mempertahankan hidup.
b. Dari segi cara pengisian, waktu luang adalah waktu yang dapat diisi dengan kegiatan pilihan sendiri atau waktu yang digunakan dan dimanfaatkan sesuka hati.
c. Dari sisi fungsi, waktu luang adalah waktu yang dimanfaatkan sebagai sarana mengembangkan potensi, meningkatkan mutu pribadi, kegiatan terapeutik bagi yang mengalami gangguan emosi, sebagai selingan hiburan, sarana rekreasi, sebagai kompensasi pekerjaan yang kurang menyenangkan, atau sebagai kegiatan menghindari sesuatu.
Dengan banyaknya definisi waktu luang, dapat disimpulkan bahwa waktu luang adalah waktu yang mempunyai posisi bebas penggunaannya dan  waktu tersebut berada diluar kegiatan rutin sehari-hari sehingga dapat dimanfaatkan secara positif guna meningkatkan produktifitas hidup yang efektif dan pengisian waktu luang dapat diisi dengan berbagai macam kegiatan yang mana seseorang akan mengikuti keinginannya sendiri baik untuk beristirahat, menghibur diri sendiri, menambah pengetahuan atau mengembangkan keterampilannya secara objektif.
Mengisi waktu luang bagi remaja terutama siswa yaitu waktu yang terdapat pada siswa diluar jam pelajaran sekolah dan dapat diisi dengan kegiatan relaksasi atau istirahat, kegiatan hiburan atau rekreasi, dan kegiatan pengembangan diri sesuai dengan pilihan sendiri sehingga akan timbul suatu kesembuhan dari rasa capek dan melepaskan dari rasa bosan.


Senin, 11 Mei 2015

Sikap Terhadap Pekerjaan

A. Mengubah Sikap Terhadap Pekerjaan

Sikap (attitude) merupakan salah satu bahasan yang menarik dalam kajian psikologi, karena sikap sering di gunakan untuk meramalkan tingkah laku, baik tingkah laku perorangan; kelompok; bahkan tingkah laku suatu bangsa. Salah satu hal yang menarik dari perilaku manusia yang membuatnya menjadi kompleks adalah sifat deferensial. Seseorang dapat berespon tertentu dalam menghadapi stimulus atau objek pada suatu saat, tetapi dapat pula berespon yang lain pada saat yang berbeda.

Yang di cari dalam pekerjaan :
•         Menafkahi keluarga
•         Mencari pengalaman
•         Mengasah keahlian dan ketrampilan
•         Mencari status untuk mengikat seseorang pada individu lain serta masyarakat
•         Mencari kesenangan dan arti tersendiri bagi kehidupan seorang individu

Fungsi psikologis dari pekerjaan
Kerja mulai dipahami sebagai tempat sosial dimana manusia
menggunakan bakat-bakat yang dimiliki untuk melayani sesama, tidak
lagi semata-mata dalam rangka memenuhi kebutuhan finansial keluarga.
Manusia mulai sadar memiliki kebutuhan yang tidak bisa dipenuhi secara
mandiri sehingga dirasakan perlunya komunitas yang didalamnya orang
orang saling bergantung. Setiap orang harus mempergunakan bakat yang
dimilkinya untuk melayani orang lain, demikian pula sebaliknya.
Sehingga, secara bersama-sama setiap orang membangun masyarakat
sebagai suatu sistem yang saling mendukung.
Dengan kosep kerja seperti ini, kita kemudian berpikir tentang dua hal
mendasar bagaimana memilih suatu pekerjaan. Pertama, pekerjaan dipilih
berdasarkan minat dan bakat yang kita miliki. Meskipun terdengar
sederhana, namun faktanya menemukan minat dan bakat adalah suatu
proses yang sulit karena kita lahir tanpa membawa rincian tentang
ketertarikan dan kemampuan bawaan.

B.   Proses dalam Memilih Pekerjaan

Seorang individu membutuhkan pekerjaan untuk bertahan hidup atau memenuhi kebutuhanya sehari-hari. Biasanya mereka memilih suatu pekerjaan yang sesuai dengan keahlian yang mereka miliki. Dalam memilih pekerjaan manusia akan mau dan mampu untuk bekerja dengan baik bilamana ia ditempatkan pada posisi dengan jabatan yang sesuai dengan minat dan kemampuannya, serta bila mana ia bisa memenuhi kebutuhannya dengan melakukan pekerjaan itu. lni berarti bahwa perusahaan harus bisa menempatkan orang pada jabatan-jabatan yang sesuai dengan minat dan kemampuannya, dengan tidak lupa mempertimbangkan upaya pemenuhan kebutuhannya. Sebelum di tempatkan pada posisi yang sesuai dengan minat dan kemampuanya, para calon tenaga kerja biasanya terlebih dahulu mengikuti seleksi yang diadakan oleh pihak perusahaan yang bertujuan untuk mencari calon tenga kerja yang memang benar-benar menguasai keahlian didalam bidang yang dicari oleh pihak perusahaan. ada enam tahapan yang harus dijalani oleh seorang calon tenaga kerja, yaitu:
1. Tahap penyerahan surat lamaran
2. Tahap wawancara awal
3. Tahap ujian psikotes (wawancara)
4. Tahap penilaian akhir
5. Tahap pemberitahuan wawancara akhir.
6. Tahap penerimaan

Fase-fase identitas pekerjaan:
Fase remaja sangat penting untuk dilalui oleh anak-anak karena akan memengaruhi masa depan mereka. Terutama dalam hal bagaimana anak-anak mendeskripsikan siapa diri mereka serta bagaimana mereka bersikap terhadap lingkungan mereka di masa depan. Jika anak-anak gagal menjalani fase remaja dengan baik, maka tugas-tugas perkembangan mereka di fase usia selanjutnya akan rentan terganggu.
Apalagi tugas perkembangan yang utama dilakukan dalam fase remaja adalah untuk mencari identitas diri. Identitas diri mencakup bagaimana seorang anak melihat diri mereka, bagaimana mereka menilai kelebihan dan kekurangannya, bagaimana mereka menentukan bayangan sosok ideal yang mereka ingin perankan, serta bagaimana mereka menentukan bayangan masa depan yang mereka inginkan. Ketika anak-anak pada usia ini gagal mengetahui siapa identitas mereka, maka mereka akan mengalami kebingungan yang akan rentan berdampak pada tugas-tugas perkembangan mereka selanjutnya.
Proses mencari identitas diri juga bukanlah suatu hal yang mudah. “Anak-anak harus mengeksplorasi diri mereka di dalam lingkungan serta menghadapi tantangan lingkungan, sementara di waktu yang bersamaan mereka juga mengalami perubahan-perubahan di aspek fisik, kognitif, dan psikologis, yang membuat mereka harus beradaptasi,” lanjut Pustika. Proses yang tidak mudah inilah yang membuat anak-anak kerap terkesan “labil”.

C.   Memilih Pekerjaan yang Cocok
Memilih pekerjaan yang tepat memang perlu proses, bukan hanya disandarkan akan adanya peluang tapi juga berdasarkan kemampuan dan bakat yang anda miliki.
Salah satu cara untuk memilih pekerjaan yang baik yaitu dengan mencocokan antara pekerjaan dan kepribadian.

Berikut beberapa kepribadian yang bisa menjadi dasar untuk memilih pekerjaan yang cocok untuk anda :
·       Konvensional yaitu memiliki kepribadian yang menyukai dengan aturan, prosedur tetap, jadwal, instruksi ketimbang harus berfikir dengan ide kreatif. Pekerjaan yang tepat untuk pribadi konvensional ini adalah akuntan, aktuaria, inspektur keamanan, keuangan, perencana keuangan, dan penulis teknis.
·       Realistik adalah orang yang menyukai hasil akhir, menyukai persoalan dan masalah yang harus dipecahkan. Mereka senang bekerja di luar ruang, bekerja dengan mesin, alat-alat berat, dan perhiasan. Pekerjaan yang baik untuk tipe realistik adalah ahli elektro, ahli nuklir, dokter gigi, dan ahli kunci.
·       Sosialis yaitu orang yang senang dengan kegiatan sosial membantu penderitaan orang banyak. Mereka pandai berkomunikasi, bekerjasama dengan team dan merasa nyaman dalam berinteraksi dengan orang lain. Pekerjaan bagus adalah pelatih pribadi, psikolog sekolah, bimbingan siswa, guru, relawan dan motivator.
·       Penyelidik merupakan orang yang senang bekerja sendiri, menyelidiki sesuatu, menggunakan logika, menyelesaikan masalah dan misteri, menyatukan masalah yang tercerai, presisi, dan ilmu pasti. Profesi yang tepat yaitu analis sistem komputer, optometris, profesor ilmu alam, insinyur piranti lunak, dan pelaku statistik.
·       Wirausahawan yaitu orang yang pandai melihat peluang dan berani mengubahnya untuk suatu keuntungan. Pribadi wirausaha selalu action apabila melihat peluang dan merekapun memiliki kemampuan memimpin dan mengorganisir sumberdaya. Pekerjaan yang cocok adalah agen sales di advertising, pekerja finansial, analisis manajemen, direktur program, sales manager dan pastinya membuat usaha sukses sendiri.



Sabtu, 02 Mei 2015

Cinta Dan Perkawinan

Cinta satu katu beribu makna.
Memilih Pasangan.
Sebagai manusia yang memiliki cinta, tentunya kita akan mencari pasangan yang sesuai dengan yang kita mau, bahkan mendekati sempurna.
Berikut ini adalah bagaimana memilih pasangan :
Yang pertama pilihlah pendamping hidup yang baik agamanya terutama yang kuat imannya, dan memiliki budi pekerti yang baik. Dikarenakan agama merupakan fondasi awal dalam berumah tangga. Apabila ada perbedaan di awal, tentu prinsip ini akan bisa menggoyahkan prinsip hidup yang lainnya.
Kedua pilih pasangan hidup yang jujur, dapat dipercaya, dan bisa memegang janji untuk menjadi pendamping hidup yang baik selamanya dan jangan lupa juga yang bertanggung jawab.
usahakan pilih yang sepadan denganmu. Begitu pula dengan adat atau norma sosialnya, yaitu punya satu kebiasaan yang sama dan terpenting memiliki sopan santun.
Dan terkahir harus mendapatkan restu dari kedua orangtua dengan ikhlas. Restu orang tua adalah restu Tuhan juga.
Hubungan dalam Perkawinan 
Pada umumnya salah satu kegagalan dalam mencapai kebahagiaan perkawinan adalah perceraian. Perceraian adalah akumulasi dari kekecewaan yang berkepanjangan yang disimpan dalam alam bawah sadar individu. Adanya batas toleransi pada akhirnya menjadikan kekecewaan tersebut muncul kepermukaan, sehingga keinginan untuk bercerai begitu mudah.
Masalah seputarperkawinan atau hidup berkeluarga, seperti :
·         kesulitan ekonomi keluarga yang kurang tercukupi
·         perbedaan watak
·         tempramen dan perbedaan kepribadian yang sangat tajam antara suami istri
·         hubungan seks yang tidak terpuaskan 
·         kejenuhan rutinitas
·         hubungan antar keluarga besar yang kurang baik
·         adanya wanita idaman lain, atau pria idaman lain
·         masalah harta warisan
·         menurunnya perhatian kedua belah pihak
·         dominasi intervensi orang tua atau mertua
·         kesalahpahaman antara kedua belah pihak

Penyesuaian dan Pertumbuhan dalam Perkawinan
Perkawinan tidak berarti mengikat pasangan sepenuhnya. Dua individu ini harus dapat mengembangkan diri untuk kemajuan bersama. Keberhasilan dalam perkawinan tidak diukur dari ketergantungan pasangan. Perkawinan merupakan salah satu tahapan dalam hidup yang pasti diwarnai oleh perubahan. Dan perubahan yang terjadi dalam sebuah perkawinan, sering tak sederhana. Perubahan yang terjadi dalam perkawinan banyak terkait dengan terbentuknya relasi baru sebagai satu kesatuan serta terbentuknya hubungan antarkeluarga kedua pihak.
Relasi yang diharapkan dalam sebuah perkawinan tentu saja relasi yang erat dan hangat. Tapi karena adanya perbedaan kebiasaan atau persepsi antara suami-istri, selalu ada hal-hal yang dapat menimbulkan konflik. Dalam kondisi perkawinan seperti ini, tentu sulit mendapatkan sebuah keluarga yang harmonis.
Pada dasarnya, diperlukan penyesuaian diri dalam sebuah perkawinan, yang mencakup perubahan diri sendiri dan perubahan lingkungan. Bila hanya mengharap pihak pasangan yang berubah, berarti kita belum melakukan penyesuaian. Banyak yang bilang pertengkaran adalah bumbu dalam sebuah hubungan. Bahkan bisa menguatkan ikatan cinta. Hanya, tak semua pasangan mampu mengelola dengan baik sehingga kemarahan akan terakumulasi dan berpotensi merusak hubungan.
Perceraian dan Pernikahan Kembali
Pernikahan bukanlah akhir kisah indah, namun dalam perjalanannya, pernikahan justru banyak menemui masalah. Banyak dari orang-orang yang menikah pada akhirnya harus bercerai. Perceraian adalah berakhirnya suatu pernikahan. Saat kedua pasangan tak ingin melanjutkan kehidupan pernikahannya, mereka bisa meminta pemerintah untuk dipisahkan.
Faktor penyebab perceraian antara lain adalah sebagai berikut :
–          Ketidakharmonisan dalam rumah tangga
Alasan tersebut di atas adalah alasan yang paling kerap dikemukakan oleh pasangan suami – istri yang akan bercerai. Ketidakharmonisan bisa disebabkan oleh berbagai hal antara lain, krisis keuangan, krisis akhlak, dan adanya orang ketiga. Dengan kata lain, istilah keharmonisan adalah terlalu umum sehingga memerlukan perincian yang lebih mendetail.
–          Krisis moral dan akhlak
Selain ketidakharmonisan dalam rumah tangga, perceraian juga sering memperoleh landasan berupa krisis moral dan akhlak, yang dapat dilalaikannya tanggung jawab baik oleh suami ataupun istri, poligami yang tidak sehat, penganiayaan, pelecehan dan keburukan perilaku lainnya yang dilakukan baik oleh suami ataupun istri, misal mabuk, berzinah, terlibat tindak kriminal, bahkan utang piutang.
–          Perzinahan
Di samping itu, masalah lain yang dapat mengakibatkan terjadinya perceraian adalah perzinahan, yaitu hubungan seksual di luar nikah yang dilakukan baik oleh suami maupun istri.
–          Pernikahan tanpa cinta
Alasan lainnya yang kerap dikemukakan oleh suami dan istri, untuk mengakhiri sebuah perkawinan adalah bahwa perkawinan mereka telah berlangsung tanpa dilandasi adanya cinta. Untuk mengatasi kesulitan akibat sebuah pernikahan tanpa cinta, pasangan harus merefleksi diri untuk memahami masalah sebenarnya, juga harus berupaya untuk mencoba menciptakan kerjasama dalam menghasilkan keputusan yang terbaik.
–          Adanya masalah-masalah dalam perkawinan
Menikah kembali setelah perceraian mungkin menjadi keputusan yang membingungkan untuk diambil. Karena orang akan mencoba untuk menghindari semua kesalahan yang terjadi dalam perkawinan sebelumnya dan mereka tidak yakin mereka bisa memperbaiki masalah yang dialami. Mereka biasanya kurang percaya dalam diri mereka untuk memimpin pernikahan yang berhasil karena kegagalan lama menghantui mereka dan membuat mereka ragu-ragu untuk mengambil keputusan.
Lalu hal apa yang akan mempengaruhi peluang untuk menikah setelah bercerai? Ada banyak faktor. Misalnya seorang wanita muda pun bisa memiliki kesempatan kurang dari menikah lagi jika dia memiliki beberapa anak. Ada banyak faktor seperti faktor pendidikan, pendapatan dan sosial.
Sebagai manusia, kita memang mempunyai daya tarik atau daya ketertarikan yang tinggi terhadap hal-hal yang baru. Jadi, semua hal yang telah kita miliki dan nikmati untuk suatu periode tertentu akan kehilangan daya tariknya. Misalnya, Anda mencintai pria yang sekarang menjadi pasangan karena kegantengan, kelembutan dan tanggung jawabnya. Lama-kelamaan, semua itu berubah menjadi sesuatu yang biasa. Itu adalah kodrat manusia. Sesuatu yang baru cenderung mempunyai daya tarik yang lebih kuat dan kalau sudah terbiasa daya tarik itu akan mulai menghilang pula. Ada kalanya, hal-hal yang sama, yang terus-menerus kita lakukan akan membuat jenuh dalam pernikahan.
Esensi dalam pernikahan adalah menyatukan dua manusia yang berbeda latar belakang. Untuk itu kesamaan pandangan dalam kehidupan lebih penting untuk diusahakan bersama.
Alternatif selain Pernikahan 
Tak sedikit orang yang memilih menjalani hidup sendiri. mereka yang masih single, walaupun umurnya sudah tergolong matang memiliki kesibukan yang berlebih dibanding yang lainnya. Orang-orang yang memilih untuk single biasanya karena orang teresebut terlalu sibuk dengan karirnya, sehingga tidak terlalu memikirkan soal jodoh ataupun percintaan mereka. Dan ada juga orang yang memilih single karena kecewa dengan, entah itu karena di tinggal nikah ataupun di selingkuhin. Sehingga mereka memilih untuk menjalani hidup tanpa pasangan.

Widianti, Dian. (2006). Ensiklopedia Cinta. Bandung : Dar! Mizan