Jumat, 15 November 2013

Inovasi Manusia



Saat anda mendengar kata jagung, apa yang terlintas dipikiran anda ? Bulir jagung yang enak dimakan karena terasa manis dan juga aneka makanan lezat tercipta dari sebuah jagung, seperti sup jagung, bakwan jagung, bubur jagung, hingga jagung bakar dan jagung rebus. Lantas bagaimana dengan bonggolnya ? sampah atau bisa jadi hanya limbah yang sudah tidak terpakai bahkan sudah tidak berguna lagi. Tapi ditangan orang-orang kreatif ini limbah pun bisa dijadikan berlian yang sangat indah, asal kita dapat melihat peluang tersebut. Begitu pula juga dengan seorang bernama Eddy Juandy asal Bogor ini. Dia sukses mengutak-atik bonggol jagung menjadi barang antik nan unik dan membuat karya seni bernilai tinggi dengan bermodalkan bahan baku limbah bonggol jagung tersebut. Bisnis ini pun relatif mudah dijalaninya, karena hanya membutuhkan modal sedikit dengan keuntungan bisa berkali–kali lipat. Bonggol jagung mungkin dianggap limbah yang sudah tidak berguna lagi bagi sebagian orang. Tetapi dengan kreativitas yang mumpuni dari perajin asal Kedung Halang Bogor ini, bonggol jagung itu bukan hanya bisa diubah menjadi sebuah kerajinan saja, tapi juga bisa mempunyai nilai jual yang sangat tinggi. Dari bonggol jagung tersebut kita bisa menikmati karya seni dalam berbagai bentuk. Seperti lampu hias, kap lampu, pembatas ruangan, anyaman tas, dan lain-lain. Itulah beberapa ide kreatif dalam membuat sesuatu yang bernilai jual tinggi. Ide kreasi bonggol jagung ini muncul dari celetukan iseng si pembuatnya, berawal dari ketidak sengajaan saat Eddy bersama rekan-rekannya usai bersantap jagung bakar, pada malam pergantian tahun baru 2008 lalu. “Saya sempat bertanya sama rekan-rekan saya, apa yang dapat dibuat dari sampah ini ?,” katanya mulai bercerita saat ditemui dirumahnya dikawasan Kedung Halang, Bogor. Namun ide ini sempat terlupakan begitu saja dan baru terealisasikan pada bulan April 2009. Menurut Eddy, setiap ide yang dimiliki harus segera diwujudkan. “Kalau kamu punya ide tetapi tidak pernah direalisasikan, persis seperti kamu membayangkan sebuah fatamorgana,” ceplosnya. Dia pun tidak kehabisan ide dalam mengembangkan usahanya tersebut. Mengandalkan program corporate social responsibility (tanggung jawab sosial), ia menggandeng perusahaan swasta dan BUMN untuk memberdayakan usaha hasil kreasi bonggol jagungnya. Hasilnya tidak main-main, Eddy mampu bekerja sama dengan mitranya didaerah-daerah yang bertugas memproduksi karyanya itu. Pria ramah ini cukup memikirkan desain-desain kreasi selanjutnya saja.

Keberhasilannya dalam mengolah bonggol jagung, tidak lantas membuatnya sombong. Ia pun mau berbagi keahliannya untuk beberapa anak jalanan dan mengajarkan kepada anak-anak SMP. Serta memberikan pelatihan kepada ibu-ibu yang berada di sekitar wilayah Bogor, Eddy memberikan pelatihan tersebut secara cuma-cuma alias tidak dipungut biaya sepeserpun. Bagi pria kelahiran 5 Juli 1959 ini, kesuksesan bukanlah tujuan utamanya. “Sukses maupun gagal merupakan dampak, bukan tujuan utama. Tujuan utama hidup kita bukan uang sebenarnya. Tapi bisa atau tidak kita dapat berguna untuk orang banyak, bukan hanya untuk diri kita sendiri,” terang Eddy bersemangat. Tidak berhenti sampai disitu saja, rasa penasarannya membuat ia terus melakukan berbagai inovasi serta eksperimen-eksperimen dari bonggol jagung yang belum bernilai tersebut, hingga setahun kemudian dapat dihasilkan beragam aksesoris-aksesoris perlengkapan interior rumah tangga dari limbah itu. Melihat potensi dan respon pasar yang tinggi terhadap kerajinan bonggol jagung miliknya, ia pun serius mengembangkan dan menciptakan beragam produk-produk dari bonggol jagung tersebut. Kerajinan bonggol jagung ini menggunakan bonggol jagung sampah yang didapat dari limbah dipasar tradisional. Pembuatan karya ini sangat rumit atau memerlukan waktu yang cukup panjang. Prosesnya dimulai dari pengumpulan bonggol, pensortiran, pengeringan, sampai proses finishing bisa memakan waktu hingga 3 bulan lamanya. Soal harga, hmmmm, menggiurkan sekali. “Satu lampu Rp 1,5 juta. Mau nggak? Nggak mau ya sudah. Ini (sambil menunjukan sebuah nampan) saya biasa jual minimal Rp 200 ribu, logikanya nggak masuk akal ‘kan ? tapi masih ada yang mau beli sama saya,” Eddy mengangkat nampan hasil kreasinya seraya tertawa renyah. Bukan hanya itu saja, yang membuat kerajinan ini memang benar-benar seperti sebuah karya seni yang menakjubkan, adalah uji kesabaran dan kreatifitas dari si perajinnya sendiri. Jadi wajar sekali jika kerajinan ini pantas dihargai sangat mahal. Meskipun memang masih banyak yang mencela hasil kreasinya tersebut.
       
                                      

Memang, pria berdarah Banten itu tidak takut kalau produknya tidak laku. “Saya nggak jual produk, saya menjual ide,” pria berdarah Banten ini menegaskan. Pasalnya, Eddy memposisikan dirinya sendiri sebagai sebuah pionir pengembang bonggol jagung. “Mau jual, pangsa pasar gampang. Di mana-mana yang namanya pionir orang akan nyari, bukan kita yang nyari. Sebagai pionir, mau nggak kita ciptakan karya secara original. Di mana-mana ori itu mahal harganya,” tegasnya. Dia pun menciptakan branch imagenya sendiri yang dinamainya  “Eddy Bonggol Jagung” untuk memasarkan kreasi bonggo miliknyal. Pemilik Dipar Natural Handycraft Ethnic ini membidik konsumen kelas menengah. Produk bonggol jagung tersebar merata di seantero Nusantara bahkan menembus hingga pangsa pasar luar negri seperti Amerika, Inggris, dan Perancis pun sudah dijamahnya. Industri kerajinan ini ternyata juga ikut membantu mengurangi limbah yang ada di pasar-pasar.


Menurut Eddy ada banyak manfaat mengolah limbah bonggol jagung diantaranya : Dapat mengurangi limbah yang tidak berguna, secara tidak langsung dapat mengurangi pemanasan global, mempunyai nilai tambah (value), membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat, dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar. Lalu ia menjelaskan alat & bahan yang biasa ia pakai untuk membuat kerajinan dari bonggol jagung tersebut : 1. Gergaji besi, 2. Bor mesin, 3. Gerenda, 4. Amplas, 5. Kuas, 6. Cetakan(untuk membuat sebuah pola). Dan bahan-bahan untuk membuat salah satu kerajinannya, misalkan kap lampu hias yaitu : 1. Bonggol jagung, 2. Kertas mika, 3. Lampu neon, 4. Kabel, 5. Pittingan, 6. Saklar On/Off, 7. Lem apotec, 8. Pernis/plitur. Pria yang memang sangat hobi dengan dunia kerajinan tangan tersebut, selalu menerapkan konsep desain alami sehingga penampilan kerajinan bonggol jagung miliknya mempertahankan warna aslinya, yaitu kuning kecokelatan. Proses dasar pembuatan kerajinan bonggol yang terdiri dari beberapa tahap ini, relatif sederhana. Bertempat di showroom miliknya yang beralamtkan diJalan Pembangunan 2 No.42 Kedung Halang, Bogor, Jawa Barat. Ayah empat anak ini menjelaskan,“Tahap pertama dari bahan mentah dijadikan bahan baku terlebih dahulu, bahan mentah tersebut dibersihkan istilah sekarangnya ditreatment lah, terus dijemur,” tukas Eddy. Bonggol jagung yang diperoleh dari pasar tradisional diolah secara alami dan kimiawi. “Alami itu yang jelas berdasarkan nontiksik alias tidak ada racun. Kita awetkan secara alami. Itulah yang saya lakukan selama dua tahun(mencari cara) mengolah secara alami.” Selanjutnya, bonggol jagung dijemur dibawah sinar matahari. Lama penjemuran memang cukup lama, minimal harus seminggu. Begitu selesai proses penjemuran, bonggol jagung dapat dibentuk berbagai macam menurut selera. Bisa dipotong kecil-kecil atau dibiarkan saja panjang sesuai rancangan atau desain yang sudah disiapkan sebelumnya. Kemudian potongan-potongan bonggol tersebut direkatkan dengan lem perekat epotec. ”Kebetulan yang cocok ini, soalnya tidak mengubah warna, daya rekatnya juga alhamdulillah kuat,” timpalnya. Tahap akhir dari kreasi bonggol jagung ini dipulas dengan pelapis water base (menggunakan campuran air). ”Kalau kita bicara alami, finishing touch-nya itu harus pakai nontoksik juga,” papar nya. Tahap akhir, kreasi bonggol jagung dipulas dengan pelapis water base (menggunakan campuran air). “Kalau kita bicara alami, finishing touch-nya itu harus pakai nontoksik juga,” papar Eddy. Hal ini yang membuat Ayah dari empat orang anak ini semakin yakin bila produk hasil kerajinan bonggol jagung miliknya yang diproduksi secara manual dapat diterima pasar dengan lebih baik lagi. Semoga kreativitas dan inovasi dari seorang yang awalnya hanya iseng saja seperti yang dilakukan oleh Eddy dalam menciptakan produk-produknya dapat menjadi inspirasi buat kita semua yang ingin memulai berwirausaha secara mandiri. Selamat berkarya dan jangan pernah lelah untuk mencoba hal apapun yang dianggap mempunyai peluang untuk menjadi bernilai dan akhir kata “SALAM SUKSES”.
Sumber : http://www.ciputraentrepreneurship.com/bisnis-mikro/bisnis-kerajinan-bonggol-jagung-janjikan-keuntungan-berlipat