Nama : Dicky Noviandi R
Kelas : 3PA06
Npm : 12513423
Sejarah
Istilah psikologi humanistik (Humanistic Psychology)
diperkenalkan oleh sekelompok ahli psikologi yang pada awal tahun 1960-an
bekerja sama di bawah kepemimpinan Abraham Maslow dalam mencari alternatif dari
dua teori yang sangat berpengaruh atas pemikiran intelektual dalam psikologi.
Kedua teori yang dimaksud adalah psikoanalisis dan behaviorisme. Maslow
menyebut psikologi humanistik sebagai “kekuatan ketiga” (a third force).
Terapi eksistensial berpacu pada bahwa manusia tidak
bisa lepas dari kebebasan dan bahwa kebebasan dan tanggung jawab berkaitan.
Dalam penerapan-penerapan eksistensial humanistik mengutamakan pada filosofis
yang melandasi terapi. Pendekatan atau teori eksistensial humanistik yang
menyajikan suatu landasan filosofis bagi orang berhubungan dengan sesame,
kebutuhan yang unik dan menjadi tujuan konselingnya.
Pendekatan ini menekankan pada beberapa titik
perhatian yaitu, perasaan (emosi pribadi dan apresiasi estetik), hubungan
sosial (menganjurkan pada persahabatan dan kerjasama, serta bertanggung jawab),
intelek, dan aktualisasi diri. Tokoh dalam psikologi humanistik ini adalah
Abraham Maslow, Carl Rogers, dan Arthur Combs. Dalam pendekatan humanistik
memusatkan perhatian pada manusia bahwa manusia “contains the potentialities
for healthy and creative growth”. Dalam person centered pandangan ahli terapi
klien bersifat positif, yaitu manusia memiliki potensi untuk aktualisasi diri,
sehingga suasana yang nyaman dan “hadir” bersama klien perlu diciptakan. Dalam
keadaan ketika klien merasakan “being accepted, being understood, being
respected”, maka klien akan mampu memunculkan kemampuan mengatasi masalah
perilakunya serta mampu pula mengaktualisasi dirinya.
Konsep
Konsep-konsep utama Humanistik-eksistensial therapy adalah sebagai berikut :
-
Kesadaran diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya
sendiri, dimana suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia
mampu berfikir dan memutuskan. Semakin kuat kesadaran diri pada seseorang, maka
akan semakin besar pula kebebasan yang ada pada orang itu.
-
Kebebasan, tanggung jawab, dan kecemasan
Kesadaran atas kebebasan dan tanggung jawan bisa
menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar pada manusia.
- Penciptaan
makna
Manusia itu unik, mereka berusaha untuk menemukan
tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberi makna bagi
kehidupannya. Kegagalan dalam menciptakan hubungan yang bermakna akan
menimbulkan kondisi isolasi, depersonalisasi, alinesi, dan kesepian. Untuk itu
manusia harus mengaktualisasi diri dengan mengungkapkan potensi-potensi
manusiawinya.
Contoh kasus :
Leon seorang mahasiswa, mungkin melihat dirinya
sebagai dokter masa depan, tetapi nilainya yang dikeluarkan dari
sekolah kedokteran ternyata dibawah rata-rata. Perbedaan antara dengan apa Leon
melihat dirinya (konsep diri) atau bagaimana ia ingin melihat dia (ideal konsep
diri) dan realitas kinerja akademis yang buruk dapat menyebabkan kegelisahan
dan kerentanan pribadi, yang dapat memberikan motivasi yang diperlukan untuk
masuk terapi. Leon harus melihat bahwa ada masalah atau tidak pada dirinya.
Leon pesimis untuk menghadapai penyesuaian psikologis untuk mengeksplorasi
perubahan dirinya. Konseling berlangsung, klien dapat mengeksplorasi lebih luas
keyakinannya dan perasaan (Rogers, 1967). Mereka dapat mengekspresikan
ketakutan mereka, rasa bersalah kecemasan, malu, kebencian, kemarahan, dan lain
sebagainya. emosi telah dianggap terlalu negatif untuk menerima dan memasukkan
ke dalam diri mereka. Dengan terapi, orang disortir kurang dan pindah ke
penerimaan yang lebih besar dan integrasi perasaan yang saling bertentangan dan
membingungkan. Mereka semakin menemukan aspek dalam diri mereka yang telah
disimpan tersembunyi.
Sebagai klien merasa dimengerti dan diterima, mereka
menjadi kurang defensif dan menjadi lebih terbuka terhadap pengalaman mereka.
Karena mereka merasa lebih aman dan kurang rentan, mereka menjadi lebih
realistis, menganggap orang lain dengan akurasi yang lebih besar, dan menjadi
lebih mampu untuk memahami dan menerima orang lain. Individu dalam terapi
datang untuk menghargai diri mereka lebih seperti mereka, dan perilaku mereka
menunjukkan lebih banyak fleksibilitas dan kreativitas. Mereka menjadi kurang
peduli tentang memenuhi harapan orang lain, dan dengan demikian mulai
berperilaku dengan cara yang lebih benar untuk diri mereka sendiri. Mereka
bergerak ke arah yang lebih berhubungan dengan apa yang mereka alami pada saat
ini, kurang terikat oleh masa lalu, kurang ditentukan, lebih bebas untuk
membuat keputusan, dan semakin percaya diri masuk untuk mengelola kehidupan
mereka sendiri.
Dari contoh kasus Leon dapat diambil kesimpulan
bahwa salah satu alasan klien mencari terapi adalah perasaan tidak percaya
diri, dan ketidakmampuan untuk membuat keputusan atau secara efektif
mengarahkan hidup mereka sendiri. Leon diarahkan supaya melihat kepotensian
diri dia yang sebenarnya, terapi difokuskan ke saat yang sekarang agar Leon
dapat melanjtukan hidupnya. Inti dari terapi ini adalah penggunaan pribadi
terapi yang kapasitas untuk sadar akan dirinya, meningkatkan kesadaran diri
yang memotivasi atau mempengaruhi seseorang dan tujuan hidup individu itu
(Baldwin, 1987).