Setiap individu yang hidup di dunia, pasti tidak
pernah terlepas dari stress. Setiap saat selalu saja ada kejadian yang membuat kita
stress. Misalnya saja adanya tuntutan yang berlebihan dari orang lain terhadap
kita dapat membuat kita merasa pusing atau sakit kepala (migren). Kemacetan
lalu lintas, ketinggalan bus, dan mobil yang mesinnya tidak menyala membuat
kitamerasa tekanan darah kita naik dan menjadi mudah marah. Semua gejala-gelaja
tersebut merupakan gejala yang menandakan bahwa diri kita telah atau sedang
mengalami stress (Powell, 1983)
Menurut Robert S. Feldman (1989) stres adalah suatu
proses yang menilai suatu peristiwa sebagai suatu yang mengancam, menantang,
ataupun membahayakan dan individu merespon peristiwa itu pada level fisiologis,
emosional, kognitif, dan perilaku.
Selye mempelajari akibat yang diperoleh bila
stressor terus-menerus muncul. Ia mengembangkan istilah General Adaptation
Syndrome(GAS) yang terdiri atas rangkaian tahapan reaksi fisiologis terhadap
stressor yaitu:
1.Fase Reaksi Yang Mengejutkan (Alaram Reaction)
Pada fase ini individu secara fisiologis merasakan
adanya ketidakberesan seperti jantungnya berdegup,keluar keringat dingin,muka
pucat,leher tegang.nadi bergerak cepat,dsb.fase ini merupakan pertanda awal
orang terkena stress.
2.Fase Perlawanan (Stage Of Resistence)
Pada fase ini tubuh membuat mekanisme perlawanan
pada stress,sebab pada tingkat tertentu,stress akan membahyakan.tubuh dapat
mengalami disfungsi,bila stress dibiarkan berlarut-larut.selama masa perlawanan
tersebut,tubuh harus cukup tersuplai oleh gizi yang seimbang,karena tubuh
sedang melakukan kerja keras.
3.Fase Keletihan ( Stage Of Exhaustion)
Fase disaat orang sudah tak mampu lagi melakukan
perlawanan.akibat yang parah bila seseorang sampai pada fase ini adalah
penyakit yang dapt menyerang bagian-bagian tubuh yang lemah.
Faktor-faktor stress yaitu ;
a. Faktor Sosial.
Selain peristiwa penting, ternyata tugas rutin
sehari-hari juga berpengaruh terhadap kesehatan jiwa, seperti kecemasan dan
depresi. Dukungan sosial turut mempengaruhi reaksi seseorang dalam menghadapi
stres.
Dukungan sosial mencakup:
Dukungan emosional, seperti rasa dikasihi;
Dukungan nyata, seperti bantuan atau jasa; dan
Dukungan informasi, misalnya nasehat dan keterangan
mengenai masalah tertentu.
b. Faktor Individual
Tatkala seseorang menjumpai stresor dalam
lingkungannya, ada dua karakteristik pada stresor tersebut yang akan
mempengaruhi reaksinya terhadap stresor itu yaitu: Berapa lamanya (duration) ia
harus menghadapi stresor itu dan berapa terduganya stresor itu (predictability).
Tipe-tipe Stress Psikologi.
Menurut Maramis (1990) ada empat tipe stress
psikologis, yaitu:
Frustasi
Frustasi muncul karena adanya kegagalan saat ingin
mencapai suatu hal/tujuan. Misalnya seseorang mengalami kegagalan dalam
pekerjaan yang mengakibatkan orang tersebut harus turun jabatan. Orang yang
memiliki tujuan tersebut mendapat beberapa rintangan/hambatan yang tidak mampu
ia lalui sehingga ia mengalami kegagalan atau frustasi.
Frustasi ada yang bersifat intrinsik (cacat
badan dan kegagalan usaha) dan ekstrinsik (kecelakaan, bencana alam,
kematian orang yang dicintai, krisis ekonomi, pengangguran, perselingkuhan, dan
lain-lain.
Konflik
Konflik ditimbulkan karena ketidakmampuan memilih
dua atau lebih macam keinginan, kebutuhan, aau tujuan. Saat seseorang
dihadapkan dalam situasi yang berat untuk dipilih, orang tersebut akan
mengalami konflik dalam dirinya. Bentuk konflik digolongkan menjadi tiga
bagian,approach-approach conflict, approach-avoidant conflict,
avoidant-avoidant conflict.
Tekanan
Tekanan timbul dari tuntutan hidup sehari-hari.
Tekanan dapat berasal dari dalam diri individu, misalnya cita-cita atau norma
yang terlalu tinggi sehingga menimbulkan tekanan dalam diri seseorang. Tekanan
juga berasal dari luar diri individu, misalnya orang tua yang menuntut anaknya
untuk masuk ke dalam jurusan yang tidak diminati oleh anaknya, anak yang
menuntut orang tua untuk dibelikan semua kemauannya, dan lain-lain.
Kecemasan
Kecemasan merupakan suatu kondisi ketika individu
merasakan kekhawatiran/kegelisahan, ketegangan, dan rasa tidak nyaman yang
tidak terkendali mengenai kemungkinan akan terjadinya sesuatu yang buruk.
Misalnya seorang anak yang sering dimarahi ibunya, anak tersebut akan merasakan
kecemasan yang cukup tinggi jika ia melakukan hal yang akan membuat ibunya
marah padahal ibu si anak tersebut belum tentu marah padanya.
Symptom-reducing Response terhadap Stress.
Kehidupan akan terus berjalan seiring dengan
berjalannya waktu. Individu yang mengalami stress tidak akan terus menerus
merenungi kegagalan yang ia rasakan. Untuk itu setiap individu memiliki
mekanisme pertahanan diri masing-masing dengan keunikannya masing-masing untuk
mengurangi gejala-gejala stress yang ada. Berikut mekanisme pertahana diri (defense
mechanism) yang biasa digunakan individu untuk dijadiakan strategi saat
menghadapi stress:
1. Indentifikasi
Identifikasi adalah suatu cara yang digunakan
individu untuk menghadapi orang lain dngan membuatnya menjadi kepribadiannya,
ia ingin serupa dan bersifat sama seperti orang lain tersebut. Misalnya seorang
mahasiswa yang menganggap dosen pembimbingnya memiiliki kepribadian yang
menyenangkan, cara bicara yang ramah, dan sebagainya. Maka mahasiswa tersebut
akan meniru dan berperilaku seperti dosennya.
2. Kompensasi
Seorang individu tidak memperoleh kepuasan di bidang
tertentu, tetapi mendapatkan kepuasan di bidang lain. Misalnya Andi memiliki nilai
yang buruk dalam bidang Matematika, namun prestasi olah raga yang ia miliki
sangatlah memuaskan.
3. Overcompensation/ reaction formation
Perilaku seseorang yang gagal mencapai tujuan dan
orang tersebut tidak mengakui tujuan pertama tersebut dengan cara melupakan
serta melebih-lebihkan tujuan kedua yang biasanya berlawanan dengan tujuan
pertama. Misalnya seorang anak yang ditegur gurunya karena mengobrol saat
upacara, bereaksi dengan menjadi sangat tertib saat melaksanakan upacara dan
menghiraukan ajakan teman untuk mengobrol.
4. Sublimasi
Sublimasi adalah suatu mekanisme sejenis yang
memegang peranan positif dalam menyelesaikan suatu konflik dengan pengembangan
kegiatan yang konstruktif. Penggantian objek dalam bentuk-bentuk yang dapat
diterima oleh masyarakat dan derajatnya lebih tinggi. Misalnya sifat
agresifitas yang disalurkan menjadi petinju atau tukang potong hewan.
5. Proyeksi
Proyeksi adalah mekanisme perilaku dengan
menempatkan sifat-sifat batin sendiri pada objek di luar diri atau melemparkan
kekurangan diri sendiri pada orang lain. Mutu proyeksi lebih rendah daripada
rasionalisasi. Contohnya seorang anak tidak menyukai temannya, namun ia berkata
temannyalah yang tidak menyukainya.
6. Introyeksi
Introyeksi adalah memasukan dalam pribadi dirinya
sifat-sifat pribadi orang lain. Misalnya seoarang wanita mencintai seorang
pria, lalu ia memasukan pribadi pria tersebut ke dalam pribadinya.
7. Reaksi konversi
Secara singkat mengalihkan konflik ke alat tubuh
atau mengembangkan gejala fisik. Misalkan belum belajar saat menjelang bel
masuk ujian, seorang anak wajahnya menjadi pucat dan berkeringat.
8. Represi
Represi adalah konflik pikiran, impuls-impuls yang
tidak dapat diterima dengan paksaan ditekan ke dalam alam tidak sadar dan
dengan sengaja melupakan. Misalnya seorang karyawan yang dengan sengaja
melupakan kejadian saat ia dimarahi oleh bosnya tadi siang.
9. Supresi
Supresi yaitu menekan konflik, impuls yang tidak
dapat diterima secara sadar. Individu tidak mau memikirkan hal-hal yang kurang
menyenangkan dirinya. Misalnya dengan berkata “Sebaiknya kita tidak
membicarakan hal itu lagi.”
10. Denial
Denial adalah mekanisme perilaku penolakan terhadap
sesuatu yang tidak menyenangkan. Misalnya seorang penderita diabetes memakan
semua makanan yang menjadi pantangannya.
11. Regresi
Regresi adalah mekanisme perilaku seseorang yang
apabila menghadapi konflik frustasi, ia menarik diri dari pergaulan dengan
lingkunganya. Misalnya artis yang sedang digosipkan berselingkuh, karena malu
maka ia menarik diri dari perkumpulannya.
12. Fantasi
Fantasi adalah apabila seseorang menghadapi
konflik-frustasi, ia menarik diri dengan berkhayal/berfntasi, misalnya dengan lamunan.
Contoh seorang pria yang tidak memiliki keberanian untuk menyatakan rasa
cintanya melamunkan berbagai fantasi dirinya dengan orang yang ia cintai.
13. Negativisme
Adalah perilaku seseorang yang selalu
bertentangan/menentang otoritas orang lain dengan perilaku tidak terpuji.
Misalkan seorang anak yang menolak perintah gurunya dengan bolos sekolah.
14. Sikap mengkritik orang lain
Bentuk pertahanan diri untuk menyerang orang lain
dengan kritikan-kritikan. Perilaku ini termasuk perilaku agresif yang aktif
(terbuka). Misalkan seorang karyawan yang berusaha menjatuhkan karyawan lain
dengan adu argument saat rapat berlangsung.
Pendekatan Problem Solving pada Stress.
Coping yang digunakan individu secara sadar dan
terarah dalam mengatasi sakit atau stressor yang dihadapinya. Metode
koping bisa diperoleh dari proses belajar dan beberapa relaksasi. Jika individu
menggunaan strategi koping yang efektif dan cocok dengan stressor yang
dihadapinya, stressor tersebut tidak akan menimbulkan sakit (disease),
tetapi stressor tersebut akan menjadi suatu stimulan yang
memberikan wellness dan prestasi.
Ada 2 tipe coping utama yang
biasanya dapat menurunkan stress seperti diungkapkan oleh Lazarus & Folkman
(dalam Neale, Davison & Haaga, 1996) yaitu problem-focused coping dan emotion-focused
coping.
Individu yang menggunakan problem-focused
coping biasanya langsung mengambil tindakan untuk memecahkan masalah atau
mencari informasi yang berguna untuk membatu pemecahan masalah.
Di sisi lain, individu dengan emotion-focused
coping lebih menekankan pada usaha untuk menurunkan emosi negatif yang
dirasakan ketika menghadapi masalah atau tekanan.
SC: Fausiah, Fitri & Julianti, Widury. (2003). Psikologi
Abnormal (Klinis Dewasa). Jakarta : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar